Rabu, 21 Mei 2014

bahasa jawa


UNGGAH-UNGGUH BASA JAWI
A.    Pangertosan
Unggah-ungguh ugi asring sinebat undha usuk, tingkat tutur, tingkat ujaran, utawi speech level (bahasa inggris).
1.      Unggah-ungguh, tegesipun tata pranataning basa miturut lungguhing tatakrama. Womdone tatakrama tegesipun tata caranipun gineman dhumateng tiyang sanes saha tindak-tanduk utawi soalah tingkah (pangucap saha patrap).
2.      Undha usuk, tegesipun tatakrama unggah-ungguhing ginem tuwin tindak-tanduk utawi sopan babagan pangandikan lan tumindakipun (pangucap saha patrap).
3.      Tingkat (speech levels) inggih menika tatacaranipun (kode) ngaturaken raos pakurmatan (sopan) dhumateng tiyang sanes rikalanipun sami gineman. Wondene pranatanipun kawengku ing pamilihipun tembung-tembung (leksikon, kosa kata), widyaswara (fonologi), widya tembung (morfologi), widya ukara (sintaksis).
B.     Panganggenipun Basa Jawi
Basa jawi wonten bebrayan agung menika tansah kaprebawan kalih basa nasional (Indonesia) lan basa manca (asing), pramila asring lan kenging interferensi babagan tembung utawi interferensi leksikal lan babagan paramasastra (tata bahasa utawi interferensi gramatikal)
1.      Campur Kode
Masarakat jawi menika majemuk, heterogen; maneka warni asal, suku, umur, basa, agami lan pendhidhikan; pramila menawi sami gineman asring ngginakaken basa ingkang dipuncampur (campur kode).
2.      Alih Kode
Tiyang/ priyantun gineman wonten samadyaning bebrayan agung kedah ngugak panggenan lan kawontenan (empat papan), pramila asring ngginakaken alih kode utawi gantos basa ingkang dipun-ginakaken.
3.      Kirang Ngembaka
Basa jawi wekdal menika ajinipun kirang lan wonten bebrayan agung kawastanan kirang ngrembaka, jalaran keterak : Kolokial, Down Float, lan Rural

C.    Jinising Ungah-Ungguhing Basa
Adhedhasar dhapukanipun ukara lan pamilihing tembung basa jawi menika saged kaperang wonten 6 (enam) tataran, inggih menika:
1.      Ki Padmasusastra (1989), unggah-ungguhing basa wonten 6 (enam) tataran, inggih menika:
1.      Basa ngoko           1) Ngoko Lugu
2)Ngoko Andhap, wonten 2 :
a)      Antya Basa
b)      Basa Antya
2.      Basa Krama           1) Wredha Krama
2) Madya Krama
3) Madyantara
3.   Krama Inggil
4.   Krama Desa
5.   Basa Kedhaton utawi Basa Bagongan
6.   Basa Kasar
7.   Basa Netral
2.      Soepomo Poedjosoedarmo, dkk (1979); unggah-ungguhipun basa saged kaperang dados 9 (sanga) tataran, inggih menika:

Krama                         Mundha krama
                        Kramantara (jarang terdengar)
                        Wredha Krama (jarang terdengar)
Madya                         Madya Krama
                        Madyantara
                        Madya Ngoko
Ngoko                         Basa Antya
                        Antya Basa
                        Ngoko Lugu
3.      Subalidinata (1994), ngandharaken bilih unggah-ungguh basa jawi menika kaperang dados 2 (kalih) perangan; inggih menika : Ngoka lan Krama (krama lugu saha krama alus)

Jumat, 09 Mei 2014

materi konflik- kepemimpinan pendidikan

Pengertian Konflik
Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses social antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

Jika dilihat definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalkan.

Beberapa Faktor Penyebab Konflik
Perbedaan individu yang didasari oleh perbedaan pendirian dan perbedaan perasaan. Setiap manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda, sehingga dalam menilai sesuatu tentu memiliki penilaian yang berbeda-beda. Misalnya masyarakat menilai kebijakan pemerintah mengenai menaikkan harga BBM karena harga bahan mentah naik. Tentu setiap masyarakat akan menilai dengan pemikirannya masing-masing yang mungkin secara umum terbagi menjadi kelompok yang pro dan kontra.

Perbedaan kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda
Orang dari kebudayaan berbeda, misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia merupakan mahkluk yang unik karena satu dengan yang lain relative berbeda. Berbeda pendirian, pemikiran, perilaku, kebiasaan, dsb. Dari perbedaan itu tentu timbul perbedaan kepentingan yang latar belakangnya juga berbeda. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya  jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan merupakan suatu hal yang wajar didalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi perubahan yang sangat cepat akan memicu timbulnya konflik. Misalnya masyarakat pedesaan yang secara umum matapencariannya bertani yang hidupnya bergotong-royong dengan jadwal waktu yang relative tidak mengikat, kemudian tumbuh suatu industry dengan waktu yang relative cepat dengan kebiasaan cenderung individualis, disiplin kerja dan waktu kerja ditentukan, yang secara umum mengubah nilai-nilai masyarakat desa tadi, tentu  akan menimbulkan konflik berupa penolakan diadakannya industry di wilayah itu.

Akibat-akibat dari konflik.
Konflik dapat baik dan tidak baik. Konflik berakibat tidak baik seperti :
  1. Menghambat komunikasi, karena pihak-pihak yang berkonflik cenderung tidak berkomunikasi.
  2. Menghambat keeratan hubungan.
  3. Karena komunikasi relative tidak ada, maka akan mengancam hubungan pihak-pihak yang berkonflik.
  4. Mengganggu kerja sama.
  5. Hubungan yang tidak terjalin baik, bagaimana mungkin terjadi kerjasama yang baik.
  6. Mengganggu proses produksi,bahkan menurunkan produksi.
  7. Kerja sama yang kurang baik, maka produktifitas pun rendah.
  8. Menimbulkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
  9. Karena produktifitas rendah, timbullah ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
  10. Yang kemudian berakibat pada individu mengalami tekanan, mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustasi dan apatisme.

Konflik berakibat baik seperti:
  1. Membuat suatu organisasi hidup, bila pihak-pihak yang berkonflik memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya.
  2. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah satu akibat dari konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik yang akan terjadi dikemudian hari.
  3. Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
  4. Memunculkan keputusan-keputusan yang inovatif.
  5. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

Sedangkan menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel jenis-jenis konflik terbagi atas :
  1. Konflik intrapersonal.
    • Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi pada saat yang bersamaan memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
  2. Konflik interpersonal.
    • Konflik ini adalah konflik seseorang dengan orang lainnya karena memiliki perbedaan keinginan dan tujuan.
    • Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok, Hal ini sering kali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas yang ditekankan pada kelompok kerja mereka . Sebagai contoh seorang individu dapat dikenai hukuman karena tidak memenuhi norma-norma yang ada.Konflik interorganisasi.
  3. Konflik antar grup dalam suatu organisasi adalah suatu yang biasa terjadi, yang tentu menimbulkan kesulitan dalam koordinasi dan integrasi dalam kegiatan yang menyangkut tugas-tugas dan pekerjaan. Karena hal ini tak selalu bisa dihindari maka perlu adanya pengaturan agar kolaborasi tetap terjaga dan menghindari disfungsional.